Teknologi Pembersih Batubara
Tanggal postingan: 2016 Nov 4 06:37:04
Berdasarkan dampak lingkungan oleh emisi gas buang dari penggunaan batubara, dan tidak terhindarinya pemanfaatan batubara untuk memenuhi kebutuhan energi yang semakin meningkat, penerapan teknologi pengurangan emisi polutan dari penggunaan batubara tersebut perlu dipertimbangkan.
Teknologi tersebut biasa disebut sebagai teknologi-teknologi batubara bersih atau Clean Coal Technologies (CCT). Teknologi tersebut dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat proses produksi energi pada saat penerapannya, yang meliputi teknologi-teknologi : precombustion; combustion; dan post-combustion; serta coal conversion.
Dalam precombustion technologies, sulfur dan semua kotoran bahan pencemar dibuang sebelum batubara dibakar. Pada combustion technologies, tehnik-tehnik yang menerapkan pencegahan terjadinya emisi polutan dalam boiler, dryer atau kiln ketika sedang terjadinya proses pembakaran. Sementara itu postcombustion technologies, gas buang yang ke luar dari boiler diberi perlakuan untuk dikurangi kandungan polutannya. Terahir, coal conversion, yaitu pengubahan batubara ke dalam bentuk gas atau cair yang dapat dibersihkan dan dipergunakan sebagai bahan bakar.
Teknologi Sebelum Pembakaran (Precombustion).
Batubara dikenal sebagai bahan bakar fosil yang kotor, sehingga sebelum dibakar atau dipergunakan, batubara tersebut perlu dicuci atau dibersihkan terlebih dahulu. Tujuan utama dari proses pencucian sebelum pembakaran tersebut adalah untuk mengurangi atau menghilangkan kotoran terutama kandungan sulfur yang secara organik tidak terikat pada batubara.
Pencucian batubara tersebut juga dapat memperbaiki kandungan panas, sehingga dapat meningkatkan efisiensi pembakaran untuk boiler pada pembangkit atau untuk pembakaran pada rotary dryer dan kiln.
Proses pembersihan batubara tersebut secara luas dapat mengurangi emisi sulfur secara berarti dari pembakaran batubara.
Secara tradisional, teknologi pembersihan batubara sebelum pembakaran
tersebut terdiri atas dua cara, yaitu pembersihan secara fisik (physical cleaning) dan pembersihan secara kimia (chemical cleaning).
Physical cleaning atau pembersihan batubara secara fisik sebelum pembakaran dilakukan dengan cara memecahkan batubara ke dalam bongkahan yang lebih kecil, kemudian batubara tersebut dipisahkan dari kotoran seperti partikel-partikel tanah, batu, dan pyrit dengan cara dicuci menggunakan udara panas yang bertekanan. Kotoran tersebut dapat dipisahkan dari batubara didasarkan pada perbedaan kerapatan atau karakteristik fisik lainnya.
Proses pembersihan fisik tersebut hanya dapat membersihkan batubara dari kotoran yang secara organik atau kimia tidak terikat pada batubara seperti partikel tanah, batu, dan pyrite (pyritic sulfur).
Metoda pembersihan batubara secara fisik tidak bisa menghilangkan sulfur yang secara organik terikat dengan batubara, juga tidak bisa membuang nitrogen dari batubara. Pembersihan batubara secara fisik diperkirakan dapat membuang 30-50% dari pyritic sulfur dan sekitar 60% dari abu mineral dalam batubara.
Sekarang ini kami mengembangkan metoda pembersihan batubara secara fisik yang lebih maju dan lebih efisien. Pemanasan batubara (coal thermal treatment) dengan rotary dryer dapat dilakukan untuk mengurangi kandungan air dan memodifikasi karakteristik permukaan untuk menghindari reabsorption (penyerapan kembali). Proses tersebut diharapkan dapat memisahkan sampai 90 persen pyritic sulfur dari batubara.
Berikut ini adalah diagram atau alur untuk teknologi physical cleaning :
Beberapa peralatan yang digunakan untuk membersihkan batu bara dengan teknologi secara fisik (physical cleaning) :
Coal handling for burner
a. Hopper
b. Belt Conveyor
c. Coal Crusher
d. Coal Lifter
e. Coal Silo
Combustion system
a. Screw feeder
b. Pulverize
c. Air box + FDF 1
d. Rotary Chamber
e. Delution Chamber + FDF 2 & FDF 3
Ash handling
a. Cyclone + rotary air lock
b. Blower IDF
c. Wet scrubber + water pool
d. Chimney
Coal handling for product
a. Hopper
b. Belt Conveyor feeder
c. Belt Conveyor input
d. Rotary Dryer (coal thermal treatment)
e. Belt Conveyor output
COAL HANDLING FOR BURNER
a. Coal Hopper
Coal Hopper berfungsi menampung batu bara yang akan di crusher, untuk pengisian hopper menggunakan loader. Kadar air yang masuk ke hopper maksimal 25 % supaya mudah turun dan tidak menyumbat di crusher dan pulverizer.
b. Belt Conveyor feeder coal crusher.
Memindah batu bara dari hopper menuju ke coal crusher. Apabila bucket lifter sudah penuh, maka belt conveyor ini akan berhenti. Selanjutnya apabila bucket lifter sudah sampai dibawah belt conveyor jalan kembali untuk mengisi coal crusher.
c. Coal crusher MJT 30 sistem hammer mill
Batu bara dari hopper ukuran 50 mm dihancurkan menjadi maksimal 10 mm, apabila bucket lifter sudah penuh, coal crusher tetap berjalan, Hanya belt conveyor feeder yang berhenti.
d. Bucket lifter.
Sistem single bucket, setelah bucket penuh batu bara, motor memutar gear box dan drum sehingga bucket tertarik ke atas dengan bantuan kawat seling, batu bara masuk ke dalam coal silo. Bucket di lengkapi dengan 4 buah roda samping kanan kiri. Pada waktu bucket naik dan turun, roda bucket melewatu dua buah rel kanan kiri. Dilengkapi limit 2 buah swith yang dipasang didekat rel untuk mengatur pergerakan bucket naik dan turun.
e. Coal Silo.
Menampung batu bara hasil crusher sebelum di masukkan ke dalam pulverizer.
COMBUSTION SYSTEM
f. Screw feeder.
Mengatur pemasukan batu bara dari coal silo ke dalam pulverizer, sesuai dengan panas yang ada di delution chamber. Apabila kurang panas, motor screw feeder speednya dinaikkan. Dan apabila panas berlebihan motor screw feeder akan berhenti sesuai dengan temperatur yang diinginkan.
g. Pulverizer.
Batu bara dari screw feeder ukuran maksimal 10 mm masuk kedalam pulverizer. Di dalam pulverizer batu bara di pukul dengan hammer 3 stage yang berputar dengan putaran 1900 Rpm, sehingga keluar dari pulverizer ukuran batu bara menjadi mesh 200–mesh 150, selanjutnya batu bara halus dihembuskan dengan fan menuju air box lewat fleksible hose.
h. Air box and Force Draf Fan (FDF 1).
Membantu pembakaran didalam rotary chamber dengan meniupkan udara segar melalui Force Draf Fan 1. Air box tersebut dilengkapi dengan dumper manual untuk mengatur besar kecilnya udara yang masuk. (Damper hanya untuk setting awal). Juga terdapat lubang intip untuk melihat kondisi api yang terjadi. Air box bisa dibuka tutup sehingga operator bisa membersihkan dan melihat kondisi bagian dalam rotary chamber.
i. Rotary Chamber.
Tempat terbakarnya batu bara. Sehingga keluar dari rotary chamber berupa api yang menyala. Untuk abu yang berasal dari batu bara dan kotoran akan ikut keluar dengan adanya dorongan dari FDF 1 dan chamber yang berputar. Sehingga didalam ruangan rotary chamber tetap bersih.
j. Delution Chamber.
Delution chamber berfungsi sebagai tempat untuk mencampur (mixing) udara panas dari rotary chamber dengan udara luar dari FDF2, untuk setting volume udara yang masuk digunakan damper manual. Selanjutnya setelah udara panas dihembuskan lagi dengan bantuan FDF3, Sehingga udara panas yang masuk ke rotary dryer tidak menyebabkan batu bara yang di dalam rotary terbakar sekaligus mendorong abu dan debu ke belakang, untuk setting volume udara yang masuk menggunakan damper manual.
ASH HANDLING
a. Cyclone + rotary air lock.
Cyclone separator berfungsi untuk menangkankap abu batu bara dan kotoran debu hasil pengeringan batu bara. Abu dan debu yang besar akan turun ke bawah dan yang halus akan tertarik ke atas oleh blower IDF. Dibagian bawah dilengkapi dengan rotary air lock supaya debu dan kotoran bisa turun dan udara luar tidak masuk ke dalam cyclone.
Udara panas (hot gas) dari rotary dryer menuju cyclone melalui ducting kotak, elbow kotak dan reducer.
b. Blower Induced Draf Fan (IDF).
Blower IDF berfungsi untuk menghisab debu dan udara panas dari delution chamber, rotary dryer, dan cyclone. Dilengkapi dengan expantion joint pada bagian input dan output. Blower IDF ini berputar konstan, bagian inlet dilengkapi dengan damper gear motor untuk mengatur volume udara yang di hisab.
Udara panas (hot gas) dari cyclone ke IDF melalui ducting bulat, elbow bulat dan reducer ukuran.
c. Wet Scrubber .
Wet scrubber berfungsi untuk menangkap partikel halus dengan cara menyemprotkan kabut air yang bertekanan. Dengan arah penyemprotan mengikuti arah udara yang masuk. Kabut Air disemprotkan melalui 3 header yang bertingkat. Setiap header ada 8 nozzle, masing-masing header di supplay oleh 1 buah pompa air.
d. Water pool (kolam air) .
Kolam air berfungsi untuk mengendapkan partikel halus yang larut dalam air. Setelah abu atau kotaran mengendap di bagian bawah, air yang sudah bersih pada bagian atas di buang ke sungai. Selanjutnya lumpur yang tersisa di ambil dan di timbun di tanah lapang untuk urugan.
e. Chimney.
Chimney atau cerobong asap merupakan struktur yang berfungsi sebagai ventilasi pembuangan panas gas buang atau asap menuju atmosfer. Chimney ini berdiri secara vertikal. Hal ini dimaksudkan untuk memastikan aliran gas mengalir dengan lancar.
Tingginya pembangunan cerobong asap dimaksudkan untuk menarik tinggi-tingi udara yang ada dan selanjutnya melenyapkan polutan-polutan yang terkandung dalam gas buang menuju wilayah yang lebih luas sehingga dapat mengurangi konsentrasi polutan yang telah disesuaikan dengan batasan peraturan yang berlaku.
COAL HANDLING FOR PRODUCT
a. Hopper.
Hopper ini berfungsi untuk menampung batu bara yang kotor. Pengisian hopper menggunakan loader.
b. Belt conveyor feeder.
Belt conveyor feeder berfungsi untuk mentransfer batu bara dari hopper menuju ke belt conveyor input.
c. Belt conveyor input.
Belt conveyor input berfungsi untuk mentransfer batu bara menuju rotary dryer.
d. Rotary dryer.
Rotary dryer berfungsi sebagai tempat untuk pembersihan batu bara. Abu atau kotoran yang menempel di batu bara bisa kering dan lepas dari batu bara, karena ada udara panas yang bertekanan dari blower FDF dan hisapan dari blower IDF.
e. Belt conveyor output.
Belt conveyor output berfungsi untuk mentransfer batu bara dari rotary dryer menuju penampungan.